Hong Kong Liberty Art Prize 2023: Hubungan Transnasional antara Seni dan Hak Asasi Manusia
Tentang Penulis: Alric Lee
Alric Lee (李伊東) adalah salah satu pendiri Lady Liberty Hong Kong dan Japan Hong Kong Democracy Alliance. Lee lahir di Hong Kong dan pernah menempuh pendidikan di Inggris dan Amerika Serikat, kemudian meraih gelar magister arsitektur di Universitas Tokyo pada tahun 2017 dan bekerja di bidang desain arsitektur di sana. Pada masa gerakan anti-ekstradisi di Hong Kong tahun 2019, Lee mendirikan Lady Liberty Hong Kong (LLHK) dan menciptakan patung Dewi Demokrasi yang didasarkan pada citra para pengunjuk rasa Hong Kong di garis depan, yang dengan cepat menjadi salah satu simbol visual gerakan demokrasi Hong Kong. Setelah diberlakukannya Undang-Undang Keamanan Nasional Hong Kong pada tahun 2020, Lee pindah ke Jepang untuk melanjutkan operasional LLHK-nya. Dia mengadakan pameran seni dan seminar di Tokyo, Taipei dan Kanada untuk terus menyebarkan isu-isu demokrasi Hong Kong melalui seni kepada masyarakat umum. Pada tahun 2023, Lee menjadi salah satu perintis Japan Hong Kong Democracy Alliance yang membawa misi untuk membawa isu Hong Kong ke dalam agenda politik Jepang melalui lobi parlemen dan kegiatan publik.
Tentang Lady Liberty Hong Kong dan Japan Hong Kong Democracy Alliance
Lady Liberty Hong Kong (LLHK) dan Japan Hong Kong Democracy Alliance adalah organisasi yang diprakarsai oleh masyarakat sipil. LLHK didirikan pada masa gerakan RUU anti-ekstradisi tahun 2019. Kedua organisasi ini bergabung mulai 1 April 2024, dan anggota asli akan bekerja sama untuk memperluas fungsi organisasi, mendukung gerakan demokrasi Hong Kong melalui berbagai kegiatan, dan advokasi regional dan proyek penelitian kebijakan dengan tujuan untuk membangun fondasi suara masyarakat Hong Kong di wilayah Asia Timur.
Hong Kong Liberty Art Prize 2023: Hubungan Transnasional antara Seni dan Hak Asasi Manusia
1. Kata Pengantar
Misi dan Visi Lady Liberty Hong Kong dan Japan Hong Kong Democracy Alliance
Lady Liberty Hong Kong (LLHK) merupakan organisasi yang didirikan pada masa gerakan anti-ekstradisi pada tahun 2019, dengan tujuan membela dan mempromosikan demokrasi dan hak asasi manusia Hong Kong melalui seni dan budaya. Karya representatifnya adalah patung setinggi 4 meter yang dirancang berdasar pada pengunjuk rasa garis depan, melambangkan tekad dan perjuangan rakyat Hong Kong untuk kebebasan dan demokrasi. Patung ini sering muncul dalam banyak aksi protes di Hong Kong dan menjadi simbol penting dalam gerakan demokrasi Hong Kong. Organisasi ini berharap dapat menyampaikan semangat kegigihan dan perlawanan masyarakat Hong Kong, serta menginspirasi lebih banyak orang untuk peduli dan mendukung gerakan demokrasi Hong Kong.
Japan Hong Kong Democracy Alliance merupakan organisasi yang dibentuk oleh sekelompok orang Jepang dan warga Hong Kong di Jepang yang peduli dengan gerakan demokrasi di Hong Kong. Serikat ini berupaya meningkatkan perhatian komunitas internasional terhadap gerakan demokrasi Hong Kong melalui berbagai kegiatan seperti pameran, ceramah dan seminar. Misi mereka adalah untuk meningkatkan pemahaman dan dukungan masyarakat Jepang terhadap gerakan demokrasi Hong Kong, dan menyediakan platform bagi masyarakat Hong Kong di Jepang untuk berkomunikasi dan saling membantu satu sama lain. Tidak hanya aktif mempromosikan isu-isu hak asasi manusia Hong Kong di Jepang, organisasi ini juga aktif berpartisipasi dalam kegiatan hak asasi manusia internasional dan berupaya membawa suara Hong Kong ke panggung internasional yang lebih luas.
Artikel ini bertujuan untuk mengeksplorasi bagaimana Lady Liberty Hong Kong dan Japan Hong Kong Democracy Alliance bekerja sama melalui pameran Liberty Art Prize dan secara strategis menghubungkan sumber daya di kawasan Asia Pasifik (seperti Jepang dan Taiwan) untuk mempromosikan hak asasi manusia. Kerja sama ini tidak hanya meningkatkan visibilitas internasional terhadap gerakan demokrasi Hong Kong, namun juga mendorong pertukaran budaya dan hak asasi manusia di wilayah Asia-Pasifik. Dalam artikel juga akan mendalami konsep dari organisasi-organisasi ini dan menelaah tantangan yang dihadapi, serta rencana di masa depan.
Mengubah seni menjadi aksi
Seni selalu memainkan peran penting dalam gerakan sosial dan mempunyai kekuatan ekspresi dan daya tarik yang kuat. Bagi Lady Liberty Hong Kong dan Japan Hong Kong Democracy Alliance, seni adalah alat komunikasi yang mampu melampaui batas negara, budaya dan bahasa. Pameran seni ini diharapkan untuk membangkitkan lebih banyak perhatian masyarakat terhadap gerakan demokrasi Hong Kong dan menginspirasi dukungan komunitas internasional terhadap hak asasi manusia dan kebebasan.
Pentingnya bekerja sama
Lady Liberty Hong Kong dan Japan Hong Kong Democracy Alliance menyadari bahwa hanya melalui kerja sama internasional, advokasi hak asasi manusia dapat dipromosikan dalam skala global. Jepang dan Taiwan di kawasan Asia Pasifik tidak hanya dekat secara geografis dengan Hong Kong, juga memiliki ikatan budaya dan politik yang erat. Kerja sama ini tidak hanya membantu meningkatkan suara gerakan demokrasi Hong Kong di mata dunia, tetapi juga mendorong persatuan dan kerja sama di kawasan Asia-Pasifik.
2. Awal dan tujuan kolaborasi pameran
Latar Belakang dan Tujuan Pendirian Hong Kong Liberty Art Prize
Hong Kong Liberty Art Prize didirikan oleh Lady Liberty Hong Kong dengan tujuan untuk membela dan mempromosikan kebebasan seni dan hak asasi manusia di Hong Kong. Penghargaan ini lahir di tengah kondisi politik Hong Kong yang terpuruk, di mana dengan diterapkannya Undang-Undang Keamanan Nasional Hong Kong Pasal 23 pada Juli 2020, ruang kreasi seni Hongkong mengalami pengekangan yang belum pernah ada sebelumnya. Sejumlah seniman Hong Kong seperti Kacey Wong (黃國才), Ah To (阿塗) dan Justin Wong (黃照達) terpaksa mengungsi ke luar negeri, sementara seniman dan kreator yang memutuskan tetap tinggal di Hong Kong harus menghadapi dilema sensor mandiri atau risiko hukum, yang menyebabkan penurunan signifikan dalam karya seni baru. Situasi ini tidak hanya memengaruhi kebebasan berkreasi para seniman, tetapi juga berimbas pada melemahnya suara Hong Kong di panggung dunia yang secara lambat laun akan kehilangan perhatian dan dukungan masyarakat internasional. Minimnya karya seni baru membuat opini publik Hong Kong tidak dapat sepenuhnya disampaikan ke panggung internasional, yang semakin melemahkan pemahaman dan simpati internasional terhadap situasi Hong Kong.
Menanggapi tantangan ini, LLHK membentuk Hong Kong Liberty Art Prize dengan harapan dapat menggunakan platform ini untuk mendukung para seniman yang berani bersuara dan menampilkan karya mereka kepada dunia.
Tujuan utama dari penghargaan ini adalah:
- Membela kebebasan berkarya seni: Menyediakan platform bebas sensor bagi para seniman di Hong Kong dan mereka yang dalam pengasingan di luar negeri, sehingga dapat mengekspresikan pemikiran dan pandangannya secara bebas.
- Mempromosikan budaya dan semangat Hong Kong: Menampilkan budaya unik dan semangat kegigihan masyarakat Hong Kong kepada khalayak global melalui pameran seni dan kegiatan budaya.
- Meningkatkan perhatian internasional: Memanfaatkan pameran internasional dan liputan media untuk menarik kembali perhatian internasional terhadap gerakan demokrasi Hong Kong dan mendapatkan dukungan dari seluruh dunia.
7 Desember 2023, foto bersama konferensi pers pembukaan penghargaan Hong Kong Liberty Art Prize.
Dari kiri ke kanan: Sekjen Hong Kong Outlanders Sky Fung (馮詔天), Sekjen Amnesty International Cabang Taiwan Eeling Chiu (邱伊翎), seniman Hongkong Kacey Wong (黃國才), Legislator Taiwan Freddy Lim (林昶佐), Jubir Japan Hong Kong Democracy Alliance dan mantan anggota dewan regional Sam Yip (葉錦龍), Pendeta Gereja Che Lam Jay Huang (黃春生), kurator perhargaan Hong Kong Liberty Art Prize Alric Lee (李伊東), direktur Japan Hong Kong Democracy Alliance Patrick Poon (潘嘉偉).
Seniman Hong Kong Frankie saat diwawancarai media.
Salah satu ceramah dalam serangkaian ceramah seni bebas selama pameran Hong Kong Liberty Art Prize, dialog antara seniman Snow Wong (黃思農) dengan Frankie.
3. Strategi menghubungkan sumber daya Asia-Pasifik
Untuk mencapai tujuan ini, Hong Kong Liberty Art Prize aktif menjalin kerja sama dengan negara-negara di Asia-Pasifik, terutama Jepang dan Taiwan. Kawasan ini memiliki sumber daya yang mendukung dan cukup berpengalaman dalam hal pertukaran budaya dan advokasi hak asasi manusia, yang dapat memberikan dukungan kuat bagi Hong Kong Liberty Art Prize.
Model kerja sama
- Kolaborasi Pameran: Bekerja sama dengan galeri lokal, pusat seni dan lembaga akademis di Jepang dan Taiwan dalam merencanakan dan menyelenggarakan pameran seni bersama. Misalnya, pada Desember 2023, tim pelaksana penghargaan bekerja sama dengan Gereja Presbiterian Chè-lâm di Taipei dan berhasil menyelenggarakan pameran Hong Kong Liberty Art Prize selama sepuluh hari, menampilkan karya seniman Hong Kong yang memenangkan perhargaan dan menarik lebih dari seribu pengunjung serta mendapat perhatian dari delapan media. Sementara pada akhir Juni 2024, tim tersebut bekerja sama dengan Universitas Hokkaido untuk mengadakan pameran perdana Hong Kong Liberty Art Prize di Jepang di pusat kota Sapporo.
- Pertukaran Budaya: Selama pameran juga diadakan ceramah, lokakarya dan kegiatan pertukaran di lokasi untuk mendorong interaksi antara seniman Hongkong dengan seniman di Jepang dan Taiwan, serta akademisi dan masyarakat. Kegiatan-kegiatan ini tidak hanya ditujukan untuk meningkatkan saling pengertian dan saling mendukung, namun juga sebagai wadah bagi para seniman untuk memamerkan dan mengembangkan karya mereka.
- Berbagi Sumber Daya: Bekerja sama dengan organisasi HAM lokal dan organisasi non-pemerintah setempat untuk berbagi sumber daya dana, teknis dan sumber daya manusia untuk memastikan kelancaran dan perkembangan berkelanjutan dari pameran dan kegiatan.
Kerja sama dengan Jepang dan Taiwan mempunyai makna strategis yang penting. Secara geografis, Jepang dan Taiwan berdekatan dengan Hong Kong, hal ini membuat komunikasi dan kerja sama di kawasan Asia-Pasifik menjadi lebih efektif. Dari segi budaya, wilayah-wilayah ini memiliki kesamaan dengan Hong Kong dalam hal nilai dan konsep sosial, terutama dalam hal mementingkan kebebasan, hak asasi manusia dan demokrasi, yang menjadi landasan yang kokoh untuk bekerja sama. Keterhubungan geografis dan budaya ini memudahkan karya seni dan suara hak asasi manusia Hong Kong untuk mendapatkan resonansi dan dukungan di kawasan ini.
Hong Kong Liberty Art Prize dipamerkan di Taipei pada Desember 2023. Seniman Hong Kong Kacey Wong (黃國才) memperkenalkan karya kepada Legislator Taiwan Freddy Lim (林昶佐).
Hong Kong Liberty Art Prize dipamerkan di Taipei pada Desember 2023. Seniman Hong Kong Kacey Wong (黃國才) memperkenalkan karya kepada Legislator Taiwan Freddy Lim (林昶佐).
4. Tantangan dan hambatan dalam pelaksanaan
Banyak tantangan dan hambatan yang harus dihadapi dalam proses kerja sama dengan Jepang dan Taiwan untuk mempromosikan Hong Kong Liberty Art Prize, baik itu berasal dari lingkungan politik eksternal maupun keterbatasan sumber daya internal serta kesulitan dalam mengoperasikan proyek.
Tantangan pertama dari tekanan politik merupakan tantangan yang besar. Ada lebih dari tiga galeri terkemuka di Taipei yang menolak penyelenggaraan pameran karena takut akan pembalasan dari otoritas Tiongkok. Galeri-galeri ini memiliki hubungan bisnis yang berkelanjutan dengan pembeli karya seni Tiongkok dan karyawan mereka juga harus sering bepergian ke Tiongkok sehingga mereka khawatir bahwa pemberian dukungan kepada Hong Kong Liberty Art Prize akan menimbulkan masalah politik yang akan mempengaruhi bisnis dan keselamatan pribadi. Kekhawatiran ini mencerminkan dampak besar dari lingkungan politik saat ini terhadap penciptaan dan pameran seni, dan juga mengungkapkan taktik represif otoritas Tiongkok terhadap seniman dan pendukung Hong Kong.
Kedua, keterbatasan dana merupakan tantangan besar lainnya untuk saat ini. Pameran seni pada umumnya mengalami kekurangan finansial dan harus menghimpun dana secara pribadi untuk mendukung penyelenggaraan pameran. Proses penggalangan dana sangat sulit dan memakan waktu, terutama tanpa sumber sponsor yang stabil, sehingga harus mengandalkan donasi individu dan kegiatan penggalangan dana kecil untuk mengisi kesenjangan pendanaan. Kesulitan keuangan ini membatasi skala dan frekuensi pameran, yang juga menjadi ujian berat dalam operasional.
Menghadapi tantangan-tantangan ini, tim pelaksana telah mengambil serangkaian strategi untuk mengatasi kesulitan dan memastikan kelancaran kegiatan. Tim pelaksana juga aktif mencari lembaga seni dan mitra yang bersedia mendukung gerakan demokrasi Hong Kong dalam menangani tekanan politik. Kerja sama dengan berbagai pihak dalam berbagi sumber daya dan informasi ini dapat mengurangi risiko yang dihadapi oleh lembaga tunggal.
Dalam hal penggalangan dana, selain mengadakan berbagai kegiatan penggalangan dana seperti penggalangan dana online, penjualan amal karya seni dan mengadakan jamuan malam amal untuk menarik lebih banyak dukungan dari berbagai lapisan masyarakat, tim pelaksana juga aktif mencari dukungan dari organisasi hak asasi manusia internasional dan yayasan seni dengan harapan dapat memastikan keberlanjutan pameran dan kegiatan melalui sumber dana yang beragam.
Meski menghadapi banyak kesulitan, pameran Hong Kong Liberty Art Prize tetap meraih hasil yang luar biasa. Pameran ini berhasil menarik banyak pengunjung dan perhatian media, meningkatkan visibilitas internasional atas gerakan demokrasi Hong Kong, serta mendorong solidaritas dan kerja sama di kawasan Asia-Pasifik. Di masa depan, tim pelaksana akan terus berupaya mengatasi berbagai tantangan dan berkontribusi dalam mendorong gerakan kebebasan dan hak asasi manusia di Hong Kong.
5. Rencana dan prospek masa depan
Kedepannya, Hong Kong Liberty Art Prize akan terus berkembang dan diperluas. Penghargaan ini akan diadakan secara rutin pada setiap tahun atau secara bienial untuk mempertahankan perhatian dan dukungan terhadap gerakan demokrasi dan hak asasi manusia Hong Kong. Selain itu, pameran akan diperluas ke lebih banyak kota internasional, termasuk London dan New York, untuk menjangkau kelompok audiens baru dan memperluas jaringan internasional.
London dan New York adalah pusat seni dan budaya global yang penting, dengan sumber daya yang melimpah dan pengaruh yang luas. Mengadakan pameran di kedua kota ini tidak hanya meningkatkan visibilitas internasional terhadap Hong Kong Liberty Art Prize, tetapi juga dapat menarik lebih banyak perhatian internasional terhadap gerakan demokrasi Hong Kong. Hal ini akan membantu memperluas jaringan dukungan internasional dan menyediakan platform yang lebih luas bagi seniman Hong Kong untuk memamerkan karya mereka.
Di sisi lain, Hong Kong Liberty Art Prize akan memperkuat jaringan kerja sama yang ada di Taiwan dan Jepang serta memperdalam kemitraan dengan galeri lokal, universitas dan organisasi non-pemerintah. Selain terus mengadakan pameran, ceramah dan lokakarya di Taiwan dan Jepang untuk pertukaran dan diskusi mengenai isu-isu budaya dan hak asasi manusia, penghargaan ini juga diharapkan dapat meningkatkan perhatian lebih banyak orang terhadap situasi Hong Kong serta mendorong solidaritas dan dukungan di kawasan Asia-Pasifik.
Menginspirasi dan mengembangkan saluran advokasi baru yang berbasis pemberdayaan dan kreativitas melalui kreasi seni dan pertukaran budaya adalah strategi inti dari Hong Kong Liberty Art Prize. Bagaimanapun, seni memiliki kekuatan ekspresi dan daya tarik yang kuat, yang mampu melampaui batas negara dan budaya, serta menyatukan orang-orang. Sedangkan secara konseptual, Hong Kong Liberty Art Prize diharapkan bisa menjadi wadah untuk menunjukkan ketahanan dan semangat inovatif masyarakat Hong Kong dan memberikan vitalitas baru ke dalam gerakan hak asasi manusia global.